Nasional

Dilanda Bencana Banjir Maut, Afghanistan Butuh Bantuan Jangka Panjang

Dilanda Bencana Banjir Maut, Afghanistan Butuh Bantuan Jangka Panjang


Jakarta

Setidaknya 315 orang tewas dalam Bencana Banjir besar di utara Afghanistan pada awal bulan Meri. Pencarian terhadap orang hilang masih berlangsung. Menurut Taliban, lebih dari 1.600 orang mengalami luka-luka. Ribuan rumah Diberitakan rusak.

Bencana Banjir yang melanda diikuti oleh suhu panas. “Temperatur meningkat Sampai saat ini lebih dari 30 derajat di beberapa daerah. Akibatnya, banyak kawasan tertutup lumpur yang mengering dan menjadi padat. Beberapa daerah sulit dijangkau karena jalan rusak,” lapor Thomas ten Boer melalui telepon percakapan dengan DW dari ibu kota Afganistan, Kabul. Ia Merupakan direktur lembaga bantuan kemanusiaan Jerman Welthungerhilfe di Afghanistan. “Kami berusaha Menyajikan makanan dan air minum bagi para penyintas,” katanya.

Bencana Bencana Banjir menghancurkan penghidupan banyak keluarga yang bergantung hidup pada pertanian. Mereka Saat ini Bahkan membutuhkan bantuan jangka panjang, kata ten Boer. “Menurut perkiraan awal kami, lebih dari 10.000 hektar lahan pertanian hancur akibat Bencana Banjir,” kata Latif Nazari, wakil Pembantu Pemimpin Negara perekonomian di pemerintahan Taliban, dalam wawancara dengan DW.


“Bantuan kemanusiaan tidak boleh dikaitkan dengan tuntutan politik,” tuntutnya, seraya menambahkan bahwa pemerintah di Kabul Pernah menghubungi Organisasi Internasional dan LSM internasional serta meminta dukungan finansial dan teknis dari semua donor internasional.

Krisis iklim lazimkan bencana cuaca ekstrem

Bencana alam terbaru ini semakin memperburuk darurat kemanusiaan di Afganistan yang Pernah berlangsung sejak sebelum kekuasaan Taliban. Gempa bumi dan Bencana Banjir melanda bertubi-tubi sejak awal tahun. Afganistan tidak siap menghadapi peristiwa cuaca ekstrem seperti kekeringan atau hujan lebat yang datang tiba-tiba. Menurut para ahli, Sampai saat ini 80 persen penduduk Afganistan bergantung pada pertanian.

Kedaruratan diperparah dengan pemulangan paksa lebih dari setengah juta warga Afghanistan dari Pakistan dan Iran, serta lenyapnya bantuan keuangan menyusul penarikan organisasi internasional sejak Taliban berkuasa.

Menurut Organisasi Internasional, 97 persen penduduk Afghanistan hidup di bawah garis Kesenjangan Ekonomi. Sekitar 23,7 juta dari 40 juta penduduk bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup. Sebanyak enam juta orang berada di ambang bencana kelaparan. Tahun ini saja, dibutuhkan dana sebesar USD3,06 miliar hanya untuk Membantu kebutuhan dasar, terutama bagi kelompok masyarakat rentan seperti anak-anak dan perempuan.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Mengoptimalkan ketahanan masyarakat

“Sampai bulan April, hanya kurang dari delapan persen dari perkiraan kebutuhan darurat kemanusiaan dan bantuan bencana di Afghanistan pada tahun 2024 yang Pernah terpenuhi,” tulis Katja Mielke, Ahli Afghanistan dari Pusat Studi Pertempuran Dunia Bonn, BICC, kepada DW.

Bertolak belakang dengan begitu, negara-negara donor menyadari perlunya berinvestasi dalam ketahanan masyarakat Afghanistan. Di waktu ini, Sebelumnya ada program ketahanan pangan, air dan Kebugaran yang diterapkan secara lokal melalui organisasi internasional dan nasional.

“Karena kekurangan dana, hanya sedikit dari penerima bantuan yang dapat dijangkau,” tutur Mielke. “Pada tingkat strategis, Pembatasan terhadap Afganistan Dianjurkan segera dicabut dan devisa negara yang dibekukan Dianjurkan segera dikucurkan untuk merangsang perekonomian. Hal ini dapat Menyajikan insentif sehingga pengusaha Afganistan dapat membangun struktur dan berinvestasi dalam jangka panjang.”

Pada tingkat operasional, prinsip dukungan yang jauh dari negara Bertolak belakang dengan dekat dengan masyarakat, yang diinginkan oleh banyak negara donor, termasuk Jerman, dapat dilaksanakan dengan baik melalui kerja sama langsung dengan masyarakat.

“Perwakilan masyarakat lokal paling mengetahui kebutuhan mereka dan idealnya dapat memastikan bahwa distribusi didasarkan pada kebutuhan dan bahwa perempuan tidak dikucilkan,” kata Ahli BICC tersebut. rzn/yf

Sumber Refrensi Berita: Detik.com

Tinggalkan Balasan

Back to top button