Nasional

Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa Ungkap Gejolak Internal Usai Yusril Mendadak Mundur Ketum

Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa Ungkap Gejolak Internal Usai Yusril Mendadak Mundur Ketum


Jakarta

Yusril Ihza Mahendra mendadak menyatakan mundur dari ketua umum (ketum) Partai Bulan Bintang (Perserikatan Bangsa-Bangsa) di tengah gelaran Musyawarah Dewan Partai (MDP). Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa Afriansyah Noor menceritakan gejolak yang terjadi di internal partai usai keputusan Yusril itu.

Afriansyah mengatakan, mulanya partainya Pada saat ini sedang melaksanakan MDP untuk mempersiapkan Muktamar Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Januari 2025 mendatang. Sekalipun demikian, di tengah gelaran MDP, Yusril mendadak menyatakan mundur.

“Tadinya persiapan Musyawarah Dewan Partai ini kan Merupakan mempersiapkan muktamar untuk kepengurusan yang baru. MDP ini Merupakan rapat setingkat di bawah muktamar yang dihadiri oleh pengurus DPW, yaitu ketua dan badan otonom, kemudian badan khusus DPP,” kata Afriansyah saat dihubungi, Minggu (19/5/2024).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Nah cuma ada keinginan Bang Yusril mundur tiba-tiba, mundur mendadak. Iya baru saya pahami di hari-H pelaksanaan kemarin bahwa Ia berniat ingin mundur, berada di luar partai. Penjelasannya capek, kemudian ingin berdiri sendiri, profesional,” imbuhnya.

Wakil Pembantu Presiden Tim Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) ini mengatakan Yusril sempat menunjuk Ketua Mahkamah Perserikatan Bangsa-Bangsa Fahri Bachmid secara aklamasi Sekalipun demikian ditolak sebagian kader. Kemudian, disepakati mekanisme pengambilan suara atau Pemungutan Suara untuk memutuskan Pj ketum.

“Oleh karena itu, ketika mundur Dianjurkan menunjuk Pj ketua umum yang Berencana menyiapkan pelaksanaan muktamar atau transisi. Jadi pelaksanaannya itu ketika Ia mengatakan mundur itu kita mendadak, saya pribadi, ‘Waduh, ini gimana’. Akhirnya kita lihat AD/ART, bagaimana prosedurnya. Jadi bisa aklamasi, tapi kalau tidak suara sama itu bisa Pemungutan Suara,” jelas Afriansyah.

“Ketika Ia minta aklamasi menunjuk ketua mahkamah partai, Pak Fahri Bachmid, teman-teman pendukung saya tidak Ingin, mereka ingin sudahlah kita pemilihan saja kan 49 orang, nggak lama. Dalam hal menentukan aklamasi dan Pemungutan Suara ini berdebat kencanglah, seru. Akhirnya saya bilang ke Bang Yusril, ‘Bang, Pemungutan Suara aja. Jadi siapa pun yang Terfavorit kita Membantu. Kalau aklamasi kan kesannya memaksakan kehendak’. Akhirnya Bang Yusril setuju. Saya bilang ketika saya kalah saya Berencana Membantu keputusan hasil Pemungutan Suara,” ujar Ia.

Afriansyah mengatakan ketua umum definitif nantinya dipilih melalui mekanisme Muktamar Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Januari 2025. Ia mengatakan belum muncul bursa nama kandidat ketum baru yang muncul di internal pada Pada saat ini.

“Nanti seluruhnya Berencana diundang, 514 DPC, 38 DPW, kemudian BO, BK dan seluruh pengurus DPP,” kata Ia.

(fca/gbr)

Sumber Refrensi Berita: Detik.com

Tinggalkan Balasan

Back to top button